Sabtu, 26 Maret 2016

Nasyid Cinta

"Ku Pasrahkan melalui Syair Cinta"
Maafkan aku. Aku tidak bisa menerima cintamu. Bunga cintaku tidak berduri sedikitpun. Maafkan aku”.
            Ucapan yang sangat menyayat hati. Ucapan dari seorang pemuda itu membuat seolah-olah kegelapan melekat selamanya dalam hidup Lina. Lina duduk terpaku di dalam kamarnya. Merenung menatap langit dari jendela kamar. Air matanya tak pernah kering. Ucapan pemuda itu masih jelas terdengar olehnya. Ia telah kalah. Seorang pemuda telah menggores hatinya menjadi luka yang sukar untuk disembuhkan. Pemuda itu bernama Fauzan. Pemuda sholeh berkacamata dan berwajah tampan. Fauzan juga adalah seorang Munsyid terkenal di kotanya.
            Lina tiada hentinya meratapi makna setiap kalimat ucapan Fauzan. “..Bunga cintaku tidak berduri sedikitpun..”. Air matanya semakin deras. Udara kesadaran menghembuskan jiwanya. Perlahan ia membuka mata basahnya. Ia sadar, apakah ia pantas mendapatkan cinta dari seorang pemuda sholeh yang taat beribadah, sedangkan ia adalah seorang gadis cantik yang hidup bermewah-mewahan, lupa dgn Tuhannya ?
            Lina menangis dgn keras di kamarnya. Pertama kalinya ia mendapatkan kesedihan yang tiada tara ini. Kesedihan karena bunga cintanya berduri sangat tajam, serta kesedihan karena lupa pada Tuhannya. Cinta memang sangat indah. Tetes demi tetes hidayah datang menyejukan batin Lina.
            “Astaghfirullah.. Maafkan aku Yaa Allah. Aku khilaf. Teringatku pada segala dosaku yang menyesak dada. Yaa Allah, di atas bumi-Mu yang luas ini, aku bertaubat kepada-Mu. Tunjukanlah aku ke jalan lurus-Mu yang disertai keridhoan-Mu. Hapuskanlah segala dosaku, Yaa Allah “. Gumam Lina lirih. Suaranya serak tak berdaya. Lina bertaubat dan berjanji akan menjadi seorang muslimah yang sejati
***
            Sejak meninggalkan kehidupan kelamnya tiga tahun lalu, Lina kini menjadi seorang Muslimah sholehah. Di atas ketenangan agama yang hak dan benar, Lina mendapatkan kehidupan yang sangat menyejukan jiwanya. Setiap hari bersujud kepada Sang Pencipta. Kini Lina benar-benar dalam sungai cinta yang mengalir dengan tenangnya. Cinta kepada Allah Azza Wa Jalla.
            Pagi itu ruang tamu rumah Lina ditata dengan rapih dan indah. Semua penghuni rumah sibuk sekali. Tamu spesial bagi keluarga Lina akan tiba. Tamu keluarga yang akan melamarkan seorang pemuda untuk Lina. Lina sudah mempersiapkan dirinya di kamar. Tak henti-henti bibirnya bergetar mengucapkan Asma Allah.
            Tamu yang ditunggu pun tiba. Dua mobil sedan parkir di depan rumah Lina. Ayah Lina menyambut mereka dengan ramah. Ruang depan dipenuhi tamu dan keluarga Lina. Kecuali Lina. Lina hanya duduk di kamarnya sendirian mendengarkan pembicaraan mereka. Ketika pembicaraan menuju masalah pokok, maka para tamu di persilahkan masuk ke ruang tengah oleh ayah Lina. Pembicaraan semakin jelas terdengar oleh Lina. Detak jantungnya semakin keras dan cepat.
            Tok.. tok.. tok.. Seseorang mengetuk pintu kamar Lina. Degup jantungnya semakin kencang. Perlahan ia membuka pintu. Ibunda Lina menyapanya dengan senyuman bahagia.
            “Lina, kamu sudah siap ?”
            “Maksud Ibu ?” tanya Lina penuh kebingungan.
            “Menemui calon suamimu. Ia dari tadi tidak sabar ingin lihat kamu.”
            “Ah, Ibu. Insya Allah saya siap Bu. Siapapun dia jika ibu dan ayah setuju saya siap”. Jawab Lina tanpa keraguan sedikitpun. Tetapi berbeda dengan hatinya. Ia teringat kejadian tiga tahun yang lalu. Ia teringat Fauzan, cinta sejatinya.
            Perlahan Lina memasuki ruang tengah rumahnya. Setiba di sana, pandangan mata semua orang  tertuju padanya. Lina menunuduk malu. Wajah putih nya berubah menjadi merah. Pembicaraan pun dilanjutkan kembali.
            “Ibu, Bapak dari keluarga pelamar, dan juga nak Fauzan, ini anak saya, Lina.” Ucap Ayah Lina memperkenalkan putrinya.
            “Fauzan ?” teriak Lina dalam hati. “Apa maksud ayah ?” Perlahan pandangan nya mencari sosok yang disebutkan ayahnya. Detak jantung Lina lebih kencang dari sebelumnya. Ombak Cinta menabrak setiap ruang hatinya. Ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Kembali ingatannya menuju peristiwa tiga tahun lalu.
            “Fauzan.. Fauzan.. Fauzan.. Kau melamarku ?” Hati Lina kembali berteriak. Pemuda yang membuat dirinya berubah kini datang melamarnya. Pemuda yang selama mengharapkan cintanya kini datang melamarnya. Perasaan bahagia dan tak percaya berkumpul menjadi satu.
            “Apa kabar Ukhti ? sudah lama tak bertemu.” Suara Fauzan membuat detak jantungnya  semakin cepat. Lina hanya diam. Mulutnya terasa membeku.
            “Nak Fauzan sudah mengenal anak saya ? “ suara ayah Lina mengisi keheningan ruangan itu.
            “Iya Pak. Kami bertemu tiga tahun lalu ketika saya menghadiri sebuah acara teman Lina. Ia memperkenalkan dirinya dan kami pun berdialog seperti teman yang sudah lama tak bertemu.” Ucap Fauzan. Lina ingat dengan kejadian itu, Ia pernah mengobrol dengan Fauzan.
            “Sejak pandangan pertama, terus terang saya telah jatuh hati pada Lina. Saya suka logat bicaranya yang sopan dan sederhana. Saya suka dengan wawasan dan kepintarannya dalam segala hal. Terutama saya suka dengan senyumnya yang manis”. Ucap Fauzan dengan mantap tentang isi hatinya. Semua orang yang berada di ruang tengah itu tersenyum dengan ucapan Fauzan.
            “Lalu, kenapa kamu baru sekarang mengatakan hal ini, tidak tiga tahun lalu ?” Ucap Ayah Fauzan yang dari tadi hanya memainkan cangkir teh.
            Fauzan pun menceritakan tentang kejadian tiga tahun lalu. Ia benar-benar menyesal telah menyakiti hati Lina. Fauzan juga menceritakan alasan menolak cinta Lina tentang ketidaksukaannya dengan sikap Lina yang tidak pernah perhatian dengan hukum syari’at Islam. Ia menceritakan tentang rasa penyesalannya.
            Lina mendengarkan cerita Fauzan dengan hati haru. Ia menangis dengan perasaan bahagia. Ia bahagia mengetahui bahwa Fauzan memiliki perasaan yang sama dengannya. Ingin rasanya Ia berlari ke kamar dan menangis sejadi-jadinya. Tak beda dengan Lina, semua keluarga Lina dan Fauzan terharu dengan apa yang diceritakan Fauzan. Terutama Ibunda Lina, Ia memeluk Lina dengan erat. Ia bahagia dengan kisah cinta Lina dan Fauzan.
            Acara pokok pun dimulai setelah Fauzan menceritakan kisahnya. Lamaran Fauzan diterima begitu saja oleh Lina tanpa ada keraguan sedikitpun, serta tanpa syarat apapun. Lina yakin bahwa Fauzan adalah pilihan yang terbaik dari Allah untuknya. Lina kini benar-benar dalam samudera kebahagiaan dengan ombak cinta yang tentram dan tenang.
***
            Dua ekor burung saling memadu kasih di sebuah pohon yang rindang. Berkejar-kejaran dari satu tangkai menuju tangkai lain. Cinta keduanya begitu indah dan mempesona. Tak  jauh dari pohon itu dua orang insan pun merasa demikian. Cinta diantara keduanya seakan tidak kan lepas sedikit pun. Mereka adalah pasangan suami istri yang baru saja melaksanakan akad nikah, Fauzan dan Lina.
            Pernikahan Lina dan Fauzan tidak begitu meriah. Hanya diisi dengan lantunan musik nasyid. Suaranya menggema seluruh pohon dan tenda di sekelilingnya. Saudara dan kerabat dekat dari dua keluarga berdatangan menghadiri hari kebahagiaan itu. Canda dan tawa mereka mengartikan kekerabatan di antara mereka begitu dekat.
            Dua insan yang dilanda cinta duduk berdua di sebuah kursi merah yang indah. Mereka bersenda gurau. Keduanya tersenyum malu tatkala saling berpandangan. Cinta sangat indah. Allah telah memberikan ni’mat cinta kepada hamba-hamba-Nya, terutama bagi mereka berdua. Cinta adalah fitrah manusia daripada-Nya.
“Dinda, Aku punya satu lagu nasyid cinta untukmu, maukah dinda mendengarkannya ?” Ucap Fauzan kepada istrinya.
            “Dengan senang hati, kanda.” Lina menerima permintaan Fauzan dengan senyumnya yang manis. Dan Fauzan pun pergi ke atas panggung meninggalkan istrinya.
            “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.. Terima kasih kepada seluruh saudara, teman, karib kerabat yang telah hadir di hari kebahagiaan ini. Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kebahagiaan ini kepada kita semua sampai ke akhirat kelak. Amiin. Di hari ini saya akan melantunan sebuah lagu cinta, khusus untuk istri saya yang sangat cantik, yang sekarang tersenyum sendirian di sana.” Semua orang tertawa mendengar ucapan Fauzan. Lina tersipu malu ketika semua mata tertuju padanya, ia sedikit jengkel kepada suaminya.
           
            Di antara diriku juga dirimu
            Hanya mengharap cinta yang satu
            Ku binakan mahligai impianmu
            Oh, sayang.. Ikhlaskanlah hatimu
            Malumu bernilai katamu berhikmah
Hatimu tulus suci dan murni
Hanya diri yang halal engkau serahkan segala
Untuk mencari ridha Illahi
Kau permaisuri di hatiku
Di dunia ini engkau penghibur
Menjunjung kasih amanah illahi
Ku pasti akan terus menyayangi
Terima kasih ucapan ku beri
Kau hadiahkan ku cahaya hati
Ku bimbing tanganmu kekasih meniti hari
Semoga kita dapat bersama
Sampai kepada-Nya di syurga sana
(Hijjaz – Permaisuri Hatiku)    

Suara Fauzan begitu lembut dan indah. Nasyid cintanya sangat indah. Dengan logat bahasa melayunya, Ia dapat menyihir siapapun yang mendengarnya. Terutama Lina, sang kekasih. Ia menangis bahagia dengan sya’ir yang di nyanyikan suaminya. Ia kagum kepada suaminya. Cintanya kepada Fauzan semakin besar. Ia bersujud syukur kepada Sang Pemberi cinta yang telah memberikan kebahagiannya cinta kepada Fauzan. Nasyid Cinta Fauzan membawanya ke alam cinta. Nasyid Cinta Fauzan memberikan cahaya dalam kegelapan dunianya.